Rabu, 02 April 2014

Harga Kayu Jati Terus Naik ( 10% pertahun)

Asmindo (Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia) menceritakan sejak awal Januari tahun ini harga kayu mengalami kenaikan cukup signifikan. Faktor yang membuat harga kayu naik diantaranya ada kenaikan Upah Minimum Regional (UMR), dan kurangnya pasokan. Ketua Asmindo, Taufik Gani mengatakan, harga kayu gergajian memang mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kenaikan kayu mulai dirasakan sejak Januari 2014, kemudian pada pertengahan tahun ini juga akan kembali naik. “Iya harga kayu selalu naik. Kenaikannya sekitar lima persen hingga 10 persen pertahun,” Taufik menjelaskan, beberapa jenis kayu yang mengalami kenaikan diantaranya kayu jati, kayu mahoni, dan kayu yang berasal dari Kalimantan seperti kayu bangkirai, kamper, dan meranti. Untuk harga kayu jati dimulai dari Rp 10 juta hingga 40 juta perkubik.
Menurut Taufik, setelah harga kayu mengalami kenaikan, maka jarang harga kayu akan turun lagi. Kenaikan harga kayu tersebut menyebabkan harga-harga mabel ikut mengalami penyesuaian. “ Harga mebel pasti dinaikan tapi naiknya mebel harus satu tahun satu kali tidak boleh pertengahan naik. Karena kalau kontrak dengan buyer itu tidak bisa naik seenaknya harus sesuai kontrak,” kata Taufik. Salah satu toko kayu di wilayah Lenteng Agung, Jakarta Selatan membenarkan. Harga kayu meningkat di tingkat grosir berdampak kepada pedagang ritel dan itu sangat mengganggu penjualan. Di wilayah Bogor, kondisi yang sama juga terjadi. Pada salah satu toko kayu dan bangunan ditemukan kayu dengan harga yang lebih tinggi dari biasanya. Salah seorang pembeli mengaku kaget dengan kenaikan ini. “Kenaikannya lumayan tinggi. Saya membeli kayu jenis meranti Rp125.000/batang, padahal sebelumnya masih dibawah Rp110.000,” kata Iwan. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total ekspor produk hasil hutan Indonesia pada 2013 mencapai US$ 8,9 miliar, atau meningkat 3,51 persen dibanding tahun sebelumnya. Ekspor furnitur kayu pada tahun 2013 mencapai US$ 1,2 miliar, dengan negara tujuan ekspor utama Amerika Serikat, Jepang, Perancis, dan Inggris. Sementara untuk produk furnitur rotan, nilai ekspor pada tahun 2013 sebesar US$ 219,8 juta dan mengalami tren positif sebesar 2,18 persen pada lima tahun terakhir. Negara tujuan ekspor utama produk furnitur rotan Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Inggris. Tren positif juga dialami oleh ekspor produk kerajinan sebesar 4,61 persen pada periode tahun 2009-2013. Nilai ekspor produk kerajinan Indonesia pada tahun 2013 mencapai US$ 669,1 juta, dengan negara tujuan ekspor utama Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jerman, dan Hongkong.(end)