Kamis, 03 Februari 2011

JATI; Jati Emas, usia 5-15 Tahun Bisa Dipanen...??

Jati Emas (endo)

JATI  EMAS
Bibit jati emas yang dikembangkan dari biji oleh Multi Inovasi Mandiri yang lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan yang berasal dari kultur jaringan. Hal ini disebabkan sistem perakaran pada bibit dari biji lebih sempurna dan mempunyai akar tunjang yang bisa masuk kedalam tanah (vertikal) sehingga mampu menjangkau kedalaman air tanah, lebih stabil kondisinya, dan memperkecil kematian bibit di kebun. Dari garis keturunan tetap termasuk bibit unggul karena induknya juga berasal dari jati emas/jati unggulan. Biaya pengadaan bibit dan perawatan lebih murah karena tidak memerlukan perawatan khusus.


Kehadiran tanaman jati emas merupakan terobosan baru dalam mengantisipasi kelangkaan bahan baku industri kayu, rehabilitasi lahan kritis, dan pencegahan kerusakan hutan tanaman jati. Tanaman jati emas merupakan bibit unggul hasil budidaya sistem kultur jaringan dikembangkan pertama kali dalam laboratorium, yang tanaman induknya pada mulanya berasal dari negara Myanmar. Jati emas sudah sejak tahun 1980 ditanam secara luas di Myanmar dan Thailand. Area penanamannya mencakup luas ribuan hektar. Sementara Malaysia menyusul penanaman jati emas secara meluas di tahun 1990. Di Indramayu, Jawa Barat sejak tahun 1999 telah dilakukan penanaman jati emas sampai satu juta pohon.

Tanaman jati emas sudah bisa dipanen mulai umur 5 - 15 tahun, yang selain keuntungan berupa pertumbuhan yang cepat, juga tumbuh dengan seragam dan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Apabila tanaman jati konvensional berumur 5 tahun baru berdiameter 3,5 cm dan tinggi 4,0 m maka jati emas pada umur yang sama (5 - 7 tahun) sudah mempunyai kayu yang berdiameter 27,0 cm dan tinggi pohon 16 m. Dibandingkan dengan jenis kayu pertukangan lain, kualitas kayu jati emas lebih baik, lagipula volume penyusutan hanya 0,5 kalinya.

Penanaman jati emas cocok untuk daerah tropis terutama pada tanah yang banyak mengandung kapur. Tanah yang ideal adalah tanah jenis aluvial dengan kisaran pH 4,5 sampai 7. Dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di daerah dataran rendah (50 - 80 m dpl) sampai dataran tinggi dengan ketinggian 800 m dpl. Tanaman ini diketahui sangat tidak tahan dengan kondisi tergenang air, sehingga area pertanaman jati emas mutlak membutuhkan sistem drainase yang baik. Kisaran curah hujan antara 1.500 - 2.000 mm/tahun. Pola tanam untuk jati emas biasanya dilakukan secara monokultur dengan jarak tanam 2 x 2,5 m. Dalam satu hektar lahan bisa ditanam sebanyak 2.000 tanaman. Apabila diterapkan pola tanam tumpang sari, dengan jarak tanam 3 x 6 m maka dalam satu hektar bisa ditanam 555 pohon. Lubang tanam dibuat berukuran panjang, lebar dan dalam sebesar 60 cm.

Jati Emas 234 (endo)

Tingginya animo penanaman jati emas didorong oleh faktor-faktor seperti analisa keuntungan yang menggiurkan, cepatnya pengembalian modal, nilai investasi yang relatip rendah, dan tingkat produktivitas tanaman yang sangat tinggi. Lagipula kebutuhan pasar internasional akan produk kayu jati yang baru terpenuhi 20 % dari Indonesia merupakan jaminan pemasaran yang sangat berprospek. Harga bibit jati emas untuk pembelian di atas 5.000 pohon sekitar Rp 12.000 / pohon (dalam Jawa) dan Rp 17.500 / pohon untuk daerah luar Jawa. Produksi pohon jati emas antara lain dilakukan oleh Perum Perhutani.
Perkiraan Hasil Panen Kayu Jati Emas (2.000 pohon per hektar)
Masa Panen

Panen (pohon)
Sisa (pohon)
Tinggi (m)
Diameter (cm)
Volume (m3)
»Tahun ke-5

1.000
1.000
12
20
300
»Tahun ke-10

350
650
15
27
238
»Tahun ke-15

650
0
17
37
949

Catatan : Hasil kayu 3 kali panen (15 tahun) adalah 1.470 m3 / ha
Sumber : SEAMEO-BIOTROP dalam Bisnis Indonesia. 23-10-01

2 komentar:

Anonim mengatakan...

lokasi dimana ya pak ???

Unknown mengatakan...

Apakah tidak ada perawatan kusus misal nya pemotongan dahan?...