Senin, 31 Januari 2011

JATI;pemeliharaan, hasil panen, jati emas

Kebun Jati (endo)

Pemotongan Cabang Secara Berkala

 Pertumbuhan tanaman jati perlu diawasi agar mencapai hasil panen yang maksimal. Mulai dari pemupukan hingga penjarangan. Dalam hal ini adalah melakukan penebangan cabang atau ranting pada tanaman jati.

Salah satu tanaman jati yang bagus hasil panenya adalah memiliki kayu yang lurus. Agar dapat memiliki kayu yang lurus adalah dengan pemilihan bibit unggul yang baik (karena bibit jati yang baik adalah tidak memiliki cabang dan memiliki kayu yang lurus). Tiada gading yang tak retak maksudnya adalah tidak semua bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang sama. Bila salah satu tanaman jati kita memiliki cabang untuk memaksimalkan hasil panen nantinya adalah dengan melakukan penebangan pada cabang-cabang atau ranting tanaman jati tersebut.
Kenapa penebangan atau pemotongan ranting itu perlu dilakukan? Pertama agar tanaman jati pada usia dini dapat fokus berkembang pada satu batang saja, sehingga pertumbuhan dapat dengan cepat. Kedua agar kayu yang dihasilkan dapat lurus atau tidak bercabang.
Dengan mengontrol perkembangan tanaman jati secara berkala bermaksud memaksimalkan hasil panen jati nantinya.

Pemeliharaan dan Kualitas (jati mas)

Tanaman jati emas tidak banyak beda dengan tanaman jati lokal dalam hal penanaman dan pemeliharaanya.
Hama jati yang banyak ditemukan antara lain adalah bubuk jati (Xyleborus destruens Bldf) yang menyerang batang hingga berlubang-lubang, ulat daun jati (Hiblaea puena Cr, Pyrausta machoeralis Wlk) yang mampu memakan daun hingga gundul, rayap atau inger-inger (Neotermes tectonac Damm) dan oleng-oleng (Duomitus ceramicus Wlk) yang menyerang batang melalui akar.
Penyakit yang lazim terdapat pada jati antara lain disebabkan oleh bakteri (Pseudomonas solanacearum Smith), jamur upas (Corticium salmonicolor Berk and Br) dan benalu (Loranthus spp).
Penyemprotan insektisida (Lanatte) secara berkala tiap 2 minggu adalah sangat diperlukan untuk mengendalikan serangan ulat dan belalang. Penyemprotan insektisida dengan dosis yang tepat akan mencegah dan mematikan hama serangga yang menyerang dan merusak jati tanaman muda (sampai umur 6 bulan). Pengendalian hama tanaman jati yang sudah besar dengan cara mengasapi tanaman menggunakan belerang yang dibakar adalah lebih efektif. Selain itu pencegahan hama dapat dilakukan dengan tindakan silvikultur seperti penjarangan dan pembersihan tumbuhan bawah yang menjadi sarang hama. Pemberantasan penyakit dapat dilakukan dengan jalan segera menebang dan membakar pohon yang terserang. Pengendalian ini ditujukan agar pertumbuhan tanaman jati tidak terganggu.

Jati Emas

Industri furniture dengan orientasi ekspor sudah sejak lama menjadi bisnis andalan, erlebih setelah lonjakan harga US dollar. Belakangan industri yang menggunakan bahan baku berupa kayu jati (Tectona grandis), mahoni dll menghadapi berbagai kendala yang bermuara pada keterbatasan sumber bahan baku. Hambatan ekspor lainnya seperti resesi ekonomi yang melanda beberapa negara tujuan ekspor, isu penggundulan hutan akibat penebangan yang tidak terkendali dll berperan cukup signifikan. Terbatasnya sumber alam disebabkan oleh siklus produksi pohon tanaman keras yang sangat panjang, misalnya pohon jati membutuhkan waktu 40 tahun untuk bisa dipanen.
Bisa dibayangkan bahwa lahan-lahan kritis akan bertambah luas dan rehabilitasinya membutuhkan waktu yang sangat  panjang. Luas lahan kritis di Indonesia saat ini mencapai luasan 56 juta hektar. Dari sudut ekologis, penanaman jati emas membantu konservasi alam di sekitar lahan karena sistem perakarannya menjaga tanah dari kemungkinan erosi air muka tanah.
Kehadiran tanaman jati emas merupakan terobosan baru dalam mengantisipasi kelangkaan bahan baku industri kayu, rehabilitasi lahan kritis, dan pencegahan kerusakan hutan tanaman jati. Tanaman jati emas merupakan bibit unggul hasil budidaya sistem kultur jaringan dikembangkan pertama kali dalam laboratorium, yang tanaman induknya pada mulanya berasal dari negara Myanmar. Jati emas sudah sejak tahun 1980 ditanam secara luas di Myanmar dan Thailand. Area penanamannya mencakup luas ribuan hektar. Sementara Malaysia menyusul penanaman jati emas secara meluas di tanun 1990. Di Indramayu, Jawa Barat sejak tahun 1999 telah dilakukan penanaman jati emas sampai satu juta pohon.
Tanaman jati emas sudah bisa dipanen mulai umur 5 – 15 tahun, yang selain keuntungan berupa pertumbuhan yang cepat, juga tumbuh dengan seragam dan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Apabila tanaman jati konvensional berumur 5 tahun baru berdiameter 3,5 cm dan tinggi 4,0 m maka jati emas pada umur yang sama (5 – 7 tahun) sudah mempunyai kayu yang berdiameter 27,0 cm dan tinggi pohon 16 m. Dibandingkan dengan jenis kayu pertukangan lain, kualitas kayu jati emas lebih baik, lagipula volume penyusutan hanya 0,5 kalinya.
Penanaman jati emas cocok untuk daerah tropis terutama pada tanah yang banyak mengandung kapur. Tanah yang ideal adalah tanah jenis aluvial dengan kisaran pH 4,5 sampai 7. Dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di daerah dataran rendah (50 – 80 m dpl) sampai dataran tinggi dengan ketinggian 800 m dpl. Tanaman ini diketahui sangat tidak tahan dengan kondisi tergenang air, sehingga area pertanaman jati emas mutlak membutuhkan sistem drainase yang baik.
Kisaran curah hujan antara 1.500 – 2.000 mm/tahun. Pola tanam untuk jati emas biasanya dilakukan secara monokultur dengan jarak tanam 2 x 2,5 m. Dalam satu hektar lahan bisa ditanam sebanyak 2.000 tanaman. Apabila diterapkan pola tanam tumpang sari, dengan jarak tanam 3 x 6 m maka dalam satu hektar bisa ditanam 555 pohon. Lubang tanam dibuat berukuran panjang, lebar dan dalam sebesar 60 cm.
Tingginya animo penanaman jati emas didorong oleh faktor-faktor seperti analisa keuntungan yang menggiurkan, cepatnya pengembalian modal, nilai investasi yang relatip rendah, dan tingkat produktivitas tanaman yang sangat tinggi. Lagipula kebutuhan pasar internasional akan produk kayu jati yang baru terpenuhi 20 % dari Indonesia merupakan jaminan pemasaran yang sangat berprospek. Harga bibit jati emas untuk pembelian di atas 5.000 pohon sekitar Rp 12.000 / pohon (dalam Jawa) dan Rp 17.500 / pohon untuk daerah luar Jawa. Produksi pohon jati emas antara lain dilakukan oleh Perum Perhutani.

Perkiraan Hasil Panen Kayu Jati Emas (2.000 pohon per hektar)
Uraian
Masa Panen
Tahun ke-5 Tahun ke-10 Tahun ke-15
Panen (pohon) 1.000 350 650
Sisa (pohon) 1.000 650 0
Tinggi (m) 12 15 17
Diameter (cm) 20 27 37
Volume (m3) 300 238 949
Catatan : Hasil kayu 3 kali panen (15 tahun) adalah 1.470 m3 / ha
Sumber : SEAMEO-BIOTROP dalam Bisnis Indonesia. 23-10-01

 

 

 

Tidak ada komentar: